Sesuai dengan namanya
boneka jari dimainkan dengan menggunakan jari tangan, kepala boneka diletakkan
pada ujung jari melalui bagian dalam, sesuai dengan pendapat Gunarti, W. dkk (2010:5.20) bahwa boneka jari adalah “boneka yang
dimasukkan kedalam jari tangan, bentuknya kecil seukuran jari tangan orang
dewasa”.
Boneka
jari biasanya dimainkan melalui kegiatan bercerita, dengan penambahan media
boneka dalam bercerita akan membantu guru ataupun orang tua untuk menarik anak
memperhatikan materi yang disampaikan, menurut Montolalu, (2007:10.10) bahwa bercerita
dengan menggunakan media boneka adalah “merupakan teknik yang tidak kalah
menariknya bagi anak dan dalam pelaksanaannya banyak boneka yang bisa kita
gunakan dalam kegiatan ini, yaitu boneka tangan dan boneka jari”. Dengan bermain menggunakan media boneka jari, anak akan mendapatkan
hiburan yang menyenangkan sekaligus sambil belajar,
karena manfaat bagi perkembangan anak tidak terbatas, sepanjang guru tidak ragu
untuk berpikir kreatif dalam menggunakan media boneka jari untuk mendongeng,
mengajak menyanyi bersama dan kegiatan menarik lainnya.
1. Manfaat Bercerita dengan Media Boneka
Jari
Menurut Warta (2010), bahwa terdapat beberapa keuntungan penggunaan boneka
untuk sandiwara adalah:
a.
Tidak memerlukan waktu yang
banyak, biaya dan persiapan yang terlalu
rumit.
b.
Tidak banyak memakan tempat,
panggung sandiwara boneka dapat dibuat cukup kecil dan sederhana.
c.
Tidak menuntut keterampilan yang
rumit bagi yang akan memainkannya.
d.
Dapat mengembangkan imajinasi
anak, mempertinggi keaktifan dan menambah suasana gembira.
2. Langkah-langkah Bercerita dengan Media Boneka Jari
Menurut Menurut Gunarti, W. dkk (2010:5.21) bahwa dalam bercerita dengan
menggunakan media boneka terdapat beberapa langkah-langkah dalam pelaksanaannya
sebagai berikut:
a.
Siapkan segala perlengkapan yang
akan kita gunakan, seperti boneka panggung kecil (bila ada), tape recorder, dan
kaset musik instrumenal (apabila ada). Atur posisi duduk anak yang membuat anak
merasa nyaman.
b.
Kita dapat mengemukakan kalimat
prolog sebelum adegan cerita dimulai dengan diiringi dengan musik pengiring
sambil menyebutkan judul cerita.
c.
Apabila menggunakan panggung,
bukalah layar pangung kemudian kenal tokoh boneka satu demi satu.
d.
Selanjutnya, kita dapat memulai
adegan demi adegan yang diperankan oleh boneka-boneka tersebut secara
bergantian, diiringi dengan musik pengiring. Ketika suatu adegan akan
bergantian, diiringi dengan musik pengiring. Ketika suatu adegan akan berganti
dengan adegan lain, tutuplah layar kembali atau turunkan boneka dari arah kanan
ke kiri atau sebaliknya. Boneka tidak diturunkan dari atas ke bawah seakan-akan
“tenggelam” di telan bumi.
e.
Ketika cerita
sudah selesai dituturkan, kita dapat mengajukan pertanyaan seputar cerita
tersebut, misalnya tentang judul cerita, tokoh cerita, isi cerita. Bisa juga
meminta pendapat atau komentar anak mengenai cerita tersebut. Dapat pula kita
minta anak memperagakan karakter suatu tokoh atau suatu kejadian dalam cerita
tersebut.
f.
Selanjutnya guru bisa
bersama-sama dengan anak menyimpulkan isi cerita tersebut, termasuk mencari
pelajaran dari isi cerita juga mencari solusi terbaik dari permasalahan yang
ada pada cerita tersebut.
g.
Akhiri kegiatan bercerita dengan
meminta anak untuk menceritakan kembali isi cerita atau tutup dengan nyanyian
yang menggambarkan isi cerita tersebut.
Menurut Al-Rasyid (2011) bahwa agar boneka dapat menjadi media instruksional yang efektif, maka perlu kita
perhatikan beberapa hal yang antara lain adalah:
a.
Rumusan tujuan pembelajaran
dengan jelas. Dengan demikian akan dapat diketahui, Apakah tepat digunakan
permainan sandiwara boneka atau sandiwara yang lain.
b.
Buatlah naskah atau skenario
sandiwara yang akan dimainkan secara terperinci. Baik dialognya, settingnya dan
adegannya harus disusun secara cermat, sekalipun dalangnya dimungkinkan untuk
berimprovisasi saat ia mendalang/memainkan boneka tersebut.
c.
Permainan boneka mementingkan
gerak dari pada kata. Karena itu pembicaraan jangan terlalu panjang, dapat
menjemukan penonton. Untuk anak-anak usia kelas rendah sekolah dasar atau
anak-anak TK, sebaiknya permainan boneka dirancang untuk banyak melibatkan
dialog dengan anak pada saat permainan.
d.
Permainan sandiwara boneka jangan
terlalu lama, kira-kira 10 sampai 15 menit. Agar pesan khusus yang disampaikan
kepada anak dalam permainan sandiwara boneka tersebut dapat
ditangkap/dimengerti oleh anak-anak/penonton.
e.
Hendaknya diselingi dengan
nyanyian, kalau perlu penonton diajak nyanyi bersama. Bila perlu dilanjutkan
dengan dialog atau diskusi dengan anak-anak/penonton untuk memantapkan pesan
nilai yang diajarkan.
f.
Isi cerita hendaknya sesuai
dengan umur dan kemampuan serta daya imajinasi anak-anak yang menonton.
g.
Selesai permainan sandiwara,
hendaknya diadakan kegiatan lanjutan seperti tanya-jawab, diskusi atau
menceritakan kembali tentang isi cerita yang disajikan.
h.
Jika memungkinkan, berilah
kesempatan kepada anak-anak untuk memainkannya.
Memberikan reward kepada anak berupa pujian ataupun penghargaan lain seperti star dan sticker tokoh kesayangan anak bisa direkomendasikan untuk meningkatkan semangat anak dalam bercerita, sekian... semoga bermanfaat.